Sejarah Hari Kirim Buku Gratis

0 kali

Baca Juga

    Sebagai penjual jamu dan Pustakawan kecil, mendapat telfon dari staf Istana Kepresidenan perihal undangan untuk acara makan siang bersama Presiden adalah sesuatu hal yang seakan sulit diterima oleh saya. Betapa tidak, orang kecil kok diundang makan siang bersama Presiden. Namun realitanya undangan itu benar adanya.



       Siang sekitar pukul 13.00 tanggal 28 April 2017, Staf kepresidenan mengonfirmasikan undangan tersebut dan menanyakan apakah saya bisa hadir ke Istana guna memenuhi undangan Presiden.  Seperti penelfon lainnya, nomer tidak saya kenal atau tidak terdaftar di kontak hanphone saya, sayapun mengiyakan saja, dan sempat merekam obrolan ini. Dari obrolan itu, saya antara percaya dan tidak, tapi saya berpikir positif saja, mengingat orang ini menelfon, bukan sms, jadi saya anggap benar.

    Rekaman saya putar berulang-ulang untuk memastikan saya tidak salah dengar. Dan realitanya masih tetap sama. Namun ada yang membuat saya berat, yaitu kewajiban memakai baju batik lengan panjang, celana kain dan memakai alas kaki yang tertutup atau sepatu. Saya tidak memiliki itu semua, inilah yang membuat saya seharusnya senang tapi malah pusing darimana bisa mendapatkan itu semua. Tidak berselang lama, saya buka laman Facebook dan mendapati postingan teman yang mempertanyakan kebenaran terkait undangan tersebut. Begitupun di group Whatsap Pustaka Bergerak, ada yang posting juga tentang undangan ini, Alhamdulilah berarti undangan ini memang benar dari Istana, bukan dari para penipu yang sudah sering kita dengar atau baca di sosial media yang sedang mencari mangsa. Dari keyakinan itu, saya kabarkan perihal ini di grub whatsap ‘’Sak Iki Jamane Moco’’ dengan melampirkan bukti rekaman serta saya tambahkan caption saya mohon untuk dipinjami semua kebutuhan seperti baju, celana dan sepatu. Dalam grub, ada yang merespon dengan serius dan ada pula yang merespon dengan berbagai candaan. Dan Alhamdulilah, ada teman yang merespon serius hingga memberikan uang yang cukup untuk digunakan membeli semua kebutuhan itu.

      Setelah semua kebutuhan perlengkapan yang diwajibkan terpenuhi, malam hari tanggal 30, semua sudah saya kemas dan siap untuk berangkat esok hari. Malam masih hujan deras, saya berharap pagi segera datang, dan sayapun langsung tidur lebih awal setelah mempersiapkan semua kebutuhan.

   Pagi sekitar pukul 08 saya langsung memesan taxi melalui layanan aplikasi di ponsel, takut telat sampai di Bandara Juanda. Kebetulan pesawat terbang sekitar pukul 11. 50. Sesampai dibandara saya bertemu dengan sesama Pustakawan, dia menyapa saya duluan, padahal saya belum kenal dengannya. Pura-pura kenal, saya menghampiri wanita yang menyapa saya duluan itu. Bersama suami dan kedua anakanya, wanita itu duduk menunggu pesawatnya yang terbang lebih awal daripada jadwal saya, kitapun mengobrolkan banyak hal. Lalu tak berselang lama, bunda Zaky datang dan menghampiri saya, kebetulan kita satu pesawat dan tempat duduknya juga bersebelahan. Kita larut dalam obrolan dan akhirnya terpisah sejenak karena pesawat ibu muda yang mengajak anak bayinya ini diantar suaminya masuk, karena pesawat bentar lagi akan terbang.

     Sementara itu, bunda Zaky, bersama saya hingga terbang dan sampai di Bandara Halim Jakarta. Sesampai di Bandara Halim, sebelum memutuskan taxi mana yang akan kita naiki. Saya mengajaknya untuk mencari tempat duduk dan mengamati sekitar terlebih dahulu. Setelah sekitar 20 menit akhirnya kita naik taxi menuju Hotel Sriwijaya yang lokasinya tidaklah jauh dari Istana. Setelah perjalanan sekitar 30 menit dari bandara, kita hamper sampai di Hotel, namun harus turun karena mobil tidak bisa masuk ke depan hotel langsung, karena ada aksi dari buruh. Akhirnya kitapun berjalan kaki menuju hotel  sekitar 200 meter. Namun sebelum masuk kehotel yang sudah terlihat di depan mata, bunda Zaky mengajak minum es Degan terlebih dahulu. Sayaun dipesankan satu gelas dan bunda juga nyamil aneka gorengan seperti tahu goring dan pisang goreng. Setelah kita rasa cukup menikmati Es dan gorengan, kita melanjutkan perjalanan ke Hotel Sriwijaya.  Sesampai di Hotel kami langsung menuju Resepsionis, dan disitu ternyata sudah ada teman-teman yang datang terlebih dahulu. Perjalanan dari bandara menuju hotel, terhitung sangat cepat, mungkin lebih disebabkan karena hari libur, ini berbeda dengan yang dialami teman, yang membutuhkan waktu sekitar dua jam.

     Selepas dari resepsionis, kita diantar menuju kamar yang sudah di pesan oleh Staf kePresidenan untuk kita semua yang diundang dan kebetulan saya mendapatkan kamar 224 dan bunda zaky mendapatkan kamar 226. Di dalam kamar hotel, saya langsung mandi air hangat, agar bau keringat segera pergi dan saya rebus kopi untuk yang sudah tersaji diatas meja. Lalu saya menikmati sebatang dua batang rokok di balkon.

    Rokok kedua belum habis, saya mendapatkan telfon dari Metro yang menanyakan tentang kesiapan untuk live esok hari sebelum  berangkat ke Istana. Seperti yang saya sampaikan pada tim yang menelfon sebelumnya, saya siap untuk live asal tidak berbenturan atau terlalu jauh dari Istana. Dan mereka akhirnya mengabari bahwa besok live dari tempat Hotel dimanaa kita semua tamu yang diundang menginap. Selepas sholat magrib, saya keluar kedepan bersama teman-teman untuk mencari makan di pinggir jalan yang dijual oleh pedagang kaki lima. Berbagai menu disana tersedia, tentunya untuk orang-orang kelas menengah kebawah. Selepas makan, kita duduk ditrotoar sembari menikmati kopi dan bercerita banyak kejadian tentang sepatu, pakaian dan kegiatan masing-masing dari kita. Setelah asik ngobrol bersama teman teman-teman, saya masuk kamar lagi, namun belum berselang lama Sekitar pukul 8.30  malam saya keluar lagi, ada teman dari suku Bajo yang sudah ada di lobi Hotel. Dilobi, dia mengatakan kalo malam itu, seharusnya dia acara makan-makan bersama teman-temannya dan pimpinan Ormas yang dia ikuti, tapi dia ijin ke pimpinannya terlebih dahulu untuk bertemu saya dan akhirnya sayapun diajaknya ikut juga.

      Dalam pertemuan makan malam itu, saya mendapatkan banyak gambaran terkait apa yang bisa dilakukan bersama untuk kebaikan atau perubahan yang bisa kita lakukan demi Indonesia. Sekitar pukul 12. 10 saya pulang diantarkan teman yang mengajak saya tadi.  Dan sayapun langsung istirahat untuk mempersiapkan tenaga agar esok tampak fresh pada saat siaran live dan bertemu Presiden.

     Pukul 07 saya sudah siap dan pihak Metro juga sudah ada dihalaman Hotel Sriwijaya sedang mempersiapkan semua perlengkapan. Saya samperin dan berjabat tangan dengan beberapa dari mereka. Selepas menemui mereka, saya langsung nyamperin teman-teman yang sedang duduk di teras Hotel dan kitapun berbagi cerita terkait sepatu dan baju batik. Hal ini, kelihatan sepele, hanya sepatu dan baju batik, namun bagi mereka dan saya, ini adalah properti yang tidak kita miliki. Ada yang meminjam dan ada yang pemberian, banyak hal mengharukan dari cerita mereka semua.

    Selepas bercerita banyak hal, tibalah waktunya saya untuk siaran live, kita di pandu sebentar terkait durasi dan apa yang harus kita lakukan nanti ketika live. Saat live, tidak hanya saya sendiri yang ada di situ, melainkan ada Robi pemilik pedati Pustaka dan pak Kinong dari Jakarta pemilik angkot pustaka. Untuk pak Kinong, bagi saya beliau sangat luar biasa, di usia yang terbilang senja masih tetap keliling untuk menebarkan budaya baca. Sementara saya dan robi masih tergolong muda jadi harus banyak belajar dari pak kinong untuk semangatnya.

     Sekitar 30 Menitan kita live, selepasnya saya langsung kembali ke kamar dan mandi serta ganti baju. Setelah mandi selesei, saya mengemasi semua properti yang saya bawa karena batas waktu saya hanya sampai jam 12 siang. Oleh sebab itulah semua properti harus saya bawa serta ke Istana Negara. Setelah semua siap, saya langsung keluar kedepan Hotel, dimana disana sudah ada banyak peserta lain. Dari depan hotel perut sudah mulai berteriak, dan saya bertanya kepada salah satu teman yang lagi duduk sembari menikmati isapan rokoknya di depan restoran Hotel. Saya menanyakan, masih bisa ambil makankah? Tapi kupon saya ada di dalam kamar. Masih bisa, sebutin saja nomer kamarnya. Sayapun masuk dan bertanya kepada pelayan dan menyebutkan nomer kamar saya. Melihat menu makanan yang seabrek, serasa bingung milihnya, harus makan yang mana. Saya ambil saja sepiring kecil buah, dan nasi sedikit serta lauk ikan yang banyak.

      Perut sudah sangat kenyang selepas makan didalam restoran Hotel tadi, saya hampiri teman-teman yang sudah berkumpul di depan Hotel. Tak berselang lama penanggung jawab dari Istana datang bersama dua mobil hitamnya. Kita semua berkumpul dan disuruh berhitung, dan masih ada beberapa teman yang belum datang seperti pak Kartono dari Surabaya dan beberapa teman lainnya.

    Selepas berhitung, kawan-kawan semua masuk kedalam mobil hitam dan sebagaian lagi masuk kedalam angkot pustaka milik kang Piyan Bandung.  Untuk yang berada di dalam angkot Pustaka berjumlah 6 orang termasuk kang Piyan dan petugas dari Istana Negara. Jarak antara hotel dan Istana, perjalanan naik mobil, tidak lebih dari 10 menitan. Setelah sampai di pintu masuk yang ada portal bulat mirip tong besar, petugas istana mohon ijin untuk masuk kepada petugas penjaga. Setelah petugas ngobrol dan kitapun akhirnya bisa masuk bersama armada pustaka bergerak yang lain seperti Burger Pustaka, Gerobak Pustaka dan teman-teman pustaka bergerak lainnya.

    Didalam Istana, penjagaan begitu ketat. Semua identitas kami harus dititipkan di petugas keamanan Istana. Melihat Istana yang begitu besar dan indah, teman-teman semua langsung beraksi untuk foto-foto. Tidak hanya itu, kedatangan teman-teman semua juga diabadikan oleh beberapa media, dan sebagian lainnya juga ada yang diwawancarai oleh media. Setelah berfoto-foto dan melihat-lihat di depan Istana, akhirnya kitapun masuk ke ruang makan, setelah melalui dua pos penjagaan. Jadi total didalam Istana kita semua melalui tiga pos penjagaan.

    Sesampai di ruang makan, sudah disiapkan kursi banyak dan meja besar tempat kita berkumpul untuk persiapan makan siang. Sebelum makan siang, Presiden mengajak kita semua berfoto bersama, dengan terbagi menjadi tiga grub besar. Setelah foto bersama kita semua duduk pada kursi dimana diatas mejanya sudah ada nama kita.  Jadi untuk duduknya, kita semua sudah ditentukan tempatnya.

      Setelah semua duduk pada tempat yang sudah ditentukan, Presiden Jokowi juga langsung duduk di tempatnya dengan di damping Menteri Pendidikan Nasional Muhadjir Effendy dan Tim komunikasi Presiden Sukardi Rinakit. Saat memberikan sambutan, Presiden Jokowi mengatakan bahwa dirinya sudah mendengar informasi tentang pegiat literasi ini. "Bapak, ibu dan saudara-saudara sekalian, yang saya satu, dua, tiga, sudah mendengar kisah perjuangan bapak, ibu, semuanya terutama dalam mendorong membuat masyarakat kita menjadi lebih pintar, menjadi lebih cerdas, membuat masyarakat kita menjadi lebih terbuka wawasannya dengan cara-cara memberikan bacaan membaca buku," "Saya kira ini sebuah kegiatan yang memang di tempat manapun yang terpencil, yang di desa-desa yang di kampung-kampung ini sangat diperlukan sekali oleh anak-anak kita," lanjut Presiden. Presiden Jokowi menjelaskan, saat dirinya ke berbagai daerah di Indonesia, ia selalu membagi-bagikan buku. Tak hanya buku tulis namun juga buku cerita. "Ini kalau saya ke daerah, ke desa atau kampung biasanya saya bagi-bagi buku. Itu pun tidak hanya buku tulis tetapi juga buku-buku mengenai cerita, dongeng-dongeng rakyat yang saya berikan," ucap Presiden Jokowi. Dan kitapun satu persatu menyampaikan aspirasi atau menceritakan sedikit kisah beserta harapan dimasing-masing wilayah. Namun ada point besar yang langsung ditindak lanjuti Presiden Jokowi dari 8 point yang sudah diberikan langsung oleh ketua FTBM. Adapun pointnya yaitu Presiden akan menggratiskan pengiriman buku melalui PT Pos Indonesia. Penggratisan ini akan dilakukan minimal satu bulan sekali, adapun waktunya nanti akan disosialisasikan kembali, tukas Presiden.

     Tidak hanya itu, presiden juga menginstruksikan pada kementerian pendidikan untuk memberikan bantuan buku yang jumlahnya 10.000 buku untuk masing-masing peserta yang diundang ke Istana Negara ini. Presiden juga sangat antusias dan ingin mngkampanyekan budaya baca, namun untuk tempat masih belum bisa ditentukan apakah dijawa atau diluar jawa.

     Selepas acara menyampaikan aspirasi dan mendengarkan tanggapan Presiden Jokowi, kita semua langsung dipersilahkan untuk makan. Melihat menu makanan yang beraneka ragam, dan tentunya sangat nikmat. Maka seperti biasa, ketika makan prasmanan saya hanya mengambil dua sendok kecil nasi dan memperbanyak ikannya. Maklumlah, nasi sudah setiap hari, kalo ikan jarang-jarang. Sembari menikmati makan bersama, Presiden Jokowi juga masih mendengarkan aspirasi beberapa teman. Setelah waktunya cukup, sekitar satu jam setengah bersama Presiden kita foto berjabat tangan satu persatu dan diabadikan oleh juru potret Istana.

    Sebelum keluar dari Istana, kita semua mendapatkan bingkisan dari bapak Presiden yang bagi saya sangat luar biasa. Tapi yang terpenting dari itu semua, Presiden sudah mengapresiasi kita semua dalam menebarkan budaya baca demi mencerdaskan generasi bangsa. Dan kita semua bisa menyampaikan aspirasi secara langsung. Seusai acara, saya langsung kembali ke angkot pustaka menuju hotel, tapi sebelumnya masih sempat juga berfoto-bersama menteri Pendidikan Nasional dan beberapa teman.

    Setibanya dihotel, menunggu konter Pustaka yang sedianya akan saya donasikan sebagian buku oleh-oleh dari Presiden, biar tidak terlalu berat ketika nanti pulang. Karena berangkat juga sudah berat karena membawa buku yang sudah dipesan untuk Perahu Pustaka Dan sebagian buku serta baju untuk Konter Pustaka. Mnenunggu agaklama belum datang juga, akhirnya buku saya titipkan pada burger pustaka, dan saya beritahukan ini milik konter pustaka. Karena mengingat harus cepat ke bandara bareng bersama teman-teman yang lain, kebetulan pesawat mereka jadwalnya tidak berselang lama dari jadwal saya. Burger Pustaka, akhirnya berangkat ke kementerian Pendidikan karena disana juga ada acara, akhirnya buku masih ada dilokasi, namun Konter pustaka akhirnya datang dan setelah saya berikan bukunya, kendaraan yang sudah dipesan Togu akhirnya tiba.


    Dalam perjalanan seperti biasa kota Jakarta dengan macetnya, untungnya teman-teman yang kebetulan satu mobil untuk kebandara bisa berangkat lebih awal. Andaikan mengundur sedikit waktu lagi, maka sudah bisa dipastikan terjebak dikemacetan, terlebih pada saat itu sedang terjadi hujan yang cukup deras.

Posting Komentar

0 Komentar

banner